MA�HAD
Al-JAMI�AH
(Model
Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab di Perguruan Tinggi Islam)
Asep
Adi Ismanto
(Dosen Institut Agama Islam Negeri �Syekh Nurjati Cirebon)
___________________
�Abstrak
�
�Tulisan�
ini� akan� memfokuskan�
kajian� pada� sistem pembelajaran� bahasa Arab ma�had al-jami�ah� yang�
selama� ini� disinyalir�
sebagai sistem� yang� efektif�
dalam pembelajaran bahasa asing karena pembelajaran berlangsung� secara alamiah seperti halnya seorang yang
belajar bahasa ibunya atau bahasa pertamanya selama� sehari�
penuh bahkan selama kurang lebih 24 jam dan sistem yang integral karena
pembelajarannya menyentuh ranah kognitif, afektif dan psikomotorik secara
bersamaan. Melalui tulisan ini akan diekplorasi lebih jauh berkenaan dengan
sistem pembelajaran bahasa Arab ma�had� al-jami�ah , seperti pengertian dan
asal usul ma�had al-jami�ah, pola, prinsip-prinsip pembelajaran bahasa Arab
model ma�had al-jami�ah, komponen pendukung pembelajaran bahasa Arab pada
sistem ini serta impilkasinya dalam pembinaan kecakapan berbahasa Arab di
perguruan tinggi islam dan� sisi
keunggulan dan kelemahan apa yang terdapat pada�
sistem� ini.
Key word:
�Ma�had Al-jami�ah, Pembelajaran, Bahasa Arab
____________________________
A. Pendahuluan
Dalam
persaingan �global
pada saat ini, eksistensi� suatu� bangsa�
ke� depan sangat ditentukan oleh
kualitas sumber daya manusianya. Bangsa yang menyadari� peran�
SDM� tersebut� akan� senantiasa� berupaya�
secara� optimal untuk
mewujudkan� sumber daya manusia yang berkualitas� dengan senantiasa melakukan� desain inovatif� dalam pola pembinaan sumber daya
manusia.� Dalam� hal�
ini� penataan� lembaga�
pendidikan� formal� (Perguruan Tinggi Islam)� mendapatkan�
prioritas� utama,� sebab diyakini� bahwa�
perguruan tinggi �merupakan� lembaga�
efektif� dalam� transformasi peradaban. Namun� dalam�
batas� tertentu,� kurikulum�
perguruan tinggi� didesain� untuk mempertahankan status quo rezim
tertentu, sehingga misi transformatif menjadi�
terpinggirkan.� Inovasi� yang�
dilaksanakan� adalah� inovasi�
semu yang� hanya� menyentuh�
hal-hal� instrumental,� tidak menyentuh hal yang fundamental
substansial.
Salah� satu�
kendala� yang� paling�
menyolok� dari� sumber�
daya manusia kita adalah minimnya penguasaan bahasa asing (Bahasa Arab).� Padahal�
penguasaan� bahasa Arab tersebut
menjadi� prasyarat� mutlak�
untuk� mengakses� sumber�
informasi� mutakhir dan sumber
kajian keislaman dari para ulama terdahulu sampai kontemporer yang mana banyak
ditulis melalui bahasa Arab.
Seperti
yang diungkapkan oleh bulkisah bahwa bahasa Arab sebagai sarana� komunikasi�
antar� bangsa-bangsa� di�
dunia� terutama� persatuan�
umat Islam� sedunia,� bahasa�
Arab� menempati� posisi�
yang� strategis� karena�
dapat� menunjang pemahaman� ajaran�
agama� Islam itu� sendiri. maka�
pembelajaran bahasa Arab di tingkat perguruan tinggi agama Islam menjadi
sebuah keharusan karena selain merupakan�
transformasi ilmiah dari khasanah intelaktual priode klasik, pertengahan
dan modern, bahasa Arab juga dipakai sebagai bahasa ilmiah, akademis sekaligus
bahasa popular (Bulkish, 2012:307).
Hal
tersebut terjadi disamping mutu� sumber
daya manusia� pengelola� pendidikan�
kurang� memadai� juga karena�
sistem� pengelolaan� pengajaran�
yang� tidak� diorientasikan� pada penguasaan� bahasa�
Arab.� Penguasaan� mahasiswa�
terhadap� bahasa Arab dalam� batas�
tertentu lebih� disebabkan� oleh�
usahanya� sendiri (belajar
mandiri). Menyadari� bahwa� bahasa�
Arab merupakan� akses� pokok dalam�
mewujudkan� SDM� berkualitas paling� tidak�
ditinjau� dari� segi akses�
informatif� para� pemikir�
dan� praktisi� pendidikan�
mulai� berikhtiar guna� meningkatkan�
kemampuan� berbahasa� asing�
para� mahaasiswanya.� Salah atunya�
adalah� merintis� Ma�had Al-jami�ah dengan� mengembangkan�
sistem asrama� yang �tersentralisir�
dengan� mengadaptasi� sistem�
pesantren seperti� Gontor,� Al-Amin,�
dan� pesantren� lain�
yang� dianggap� berhasil dalam� menerapkan�
bahasa� Arab� sebagai�
bahasa� komunikasi� sehari-hari.
B. Pembahasan
1. Pengertian dan Asal Usul Ma�had
al-Jami�ah
Dalam
kamus al-Ashri kata ma�had berarti lembaga pendidikan, Sedangkan
al-jami�ah berarti perguruan tinggi. (Atabik Ali, 2012: 646).� Akan tetapi kata ma�had di indonesia lebih
dikenal dengan pesantren. Penamaan�
ma�had� untuk� bangunan�
tempat� tinggal� mahasiswa�
adalah dikarenakan� ingin� memberikan�
kesan� yang� berbeda.
Istilah,
�asrama� berkonotasi hanya sebagai tempat pindah tidur bagi mahasiswanya.
Tidak� juga� dinamakan�
dengan� �pondok� pesantren�
(ponpes)�.� Walaupun secara� budaya,�
term� �ma�had�� dapat�
mengacu� pada� �ponpes�. Penamaan� istilah�
ini� lebih� ditekankan�
bahwa� �ma�had�� itu�
bukan� hanya� sekedar �ponpes�, tempat mengaji kitab klasik
sebagaimana umumnya. Namun lebih dari�
itu,� yaitu� kolaborasi�
antara� sistem� salafi�
dengan� sistem� modern. (Taufiqurahman, 2010: 169),
�payung� makna�� yang�
sama� dengan� term�
�Ma�had� Jami�ah�.� Di antaranya�
adalah� �Kos�,� �Pondok�
Pesantren�,� �Asrama�� dan�
�Rusunawa (Rumah Susun Mahasiswa)�. Kesemua leksikon tersebut tercakup
dalam satu makna besar, �tempat tinggal mahasiswa (TTM)�. Tentunya, term-term
tersebut bersifat lokal universal. Artinya bisa sangat luas,� namun�
juga� dapat� bersifat�
lokalitas,� hanya� merujuk�
pada� pemakainya.
Leksikon
kos� semakna dengan indekos. Yang
dimaksud� kos� adalah�
tinggal� di� rumah�
orang� lain� dengan�
atau� tanpa� makan (dengan membayar setiap bulan).
Kemudian leksikon� pondok� pesantren�
adalah� madrasah� dan�
asrama� (tempat� mengaji,�
belajar� agama Islam).
Definisi
ini tentu sangat umum, dan mampu mencakup semua varian pondok pesantren,
kemudian� asrama� adalah�
bangunan� tempat tinggal� bagi�
kelompok� orang� untuk�
sementara� waktu,� terdiri�
atas� sejumlah kamar, dan dipimpin
oleh seorang kepala asrama, sedangkan rusunawa (rumah susun mahasiswa).
Leksikon ini bermakna gedung atau bangunan bertingkat terbagi atas beberapa
tempat tinggal (masing-masing untuk satu keluarga); flat. Namun, tentu yang
tinggal di� dalamnya� bukan�
sembarang� orang,� akan�
tetapi� hanya� mahasiswa�
sebuah perguruan tinggi.
Pada� sisi�
yang� lain,� pendidikan�
tinggi� -khususnya� perguruan�
tinggi sebagai� sebuah� institusi�
pendidikan� mulai� banyak�
dipertanyakan efektifitasnya, terutama dalam aspek kemampuan berbahasa
asing.� Banyak� pihak�
menilai� bahwa� sumber�
permasalahannya� adalah
miskinnya� orientasi.�� Adalah�
ironi,� apabila� kuantitas�
lembaga-lembaga pendidikan�
tinggi� yang� terus�
melaju� tinggi,� justru�
berbanding lurus� dengan rendahnya
kemampuan bahasa asing mahasiswa yang mengakibatkan lemahnya wawasan
pengetahuan mahasiswa yang bersumber dari aslinya dan hanya mengandalkan
sumber-sumber bentuk terjemahan.
Dari� dua�
sisi� kenyataan� di�
atas,� menghadirkan� pesantren�
di� kampus maupun mendirikan� kampus�
di� pesantren� (secara�
sederhana� dapat� disebut mempesantrenkan� kampus�
dan� mengkampuskan� pesantren)�
adalah� sebuah ikhtiar yang masuk
akal, aktual dan ideal. Dan agar tidak berhenti pada jargon semata� dan�
sekaligus� sebagai� sarana�
untuk� menjamin� berlangsungnya transformasi� nilai-nilai�
luhur� pesantren� dari�
dan� kepada� nilai-nilai�
unggul
Kampus� secara�
integratif� maka� kehadiran�
fisik� pesantren� menjadi�
sangat urgent.� Salah� satu�
ikhtiar� menuju� ke�
sana� adalah� dengan�
mendirikan� dan mengelola
pesantren kampus bernama Ma�had Jami�ah.
Dari
perspektif historis, sistem pembelajaran ma�had al-jami�ah sesungguhnya bukan
hal baru. Sistem ini telah lama diterapkan dalam tradisi pesantren melalui
sistem asrama atau pondok, meskipun dalam bentuknya yang sangat sederhana.
Bahkan jika ditarik ke belakang, sistem asrama telah dipraktikkan sejak masa
pengaruh Hindu-Budha pra-Islam. (Karel A, 1994: 20). Sistem
asrama dalam tradisi pe�san�tren sangat kaya dengan pen�didikan utuh dan integral
yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan formal lainnya. Lebih jelas Qodri
Azizy menilai: �Di dalam lembaga pendidikan pada umumnya sering dikecewakan
lantaran hanya mampu mewujudkan segi kognitif, se�men�tara sangat lemah dan
terkadang nihil segi afektif dan psiko�motoriknya. Di pesantren ketiga bidang
tersebut akan selalu dapat di�prak�tikkan dengan modal sistem 24 jam tadi.
Justru sangat meng�utamakan pengamalan, oleh karena suatu ilmu tanpa ada
pengamalan dicap sebagai yang tak bermanfaat� (Qodri Azizi, 2000: 105).
Dengan
diilhami oleh kelebihan sistem pondok/asrama dalam tradisi pesantren, sejumlah
perguruan tinggi mulai melakukan inovasi perse�ko�lahan melalui perintisan
ma�had al-jami�ah yang dalam hal-hal tertentu sangat mirip dengan pesantren
dengan sejumlah modifikasi. Dengan demikian, konsep ma�had al-jami�ah merupakan
modernisasi, bahkan sis�tema�tisasi atau modifikasi dari tradisi pesantren,
yang dalam batas tertentu pesantren kurang menyadari substansi pola
kependidikan yang diaplikasikannya karena sudah menjadi sebuah tradisi yang
melekat secara inhern dalam proses transformasi keilmuanya. Karena�nya,� ma�had al-jami�ah dalam aplikasinya bisa saja
tetap memper�tahankan for�mat tradisi pesantren, namun tradisi yang telah
tersadar�kan akan substansinya.
2. Pola
Pembelajaran Bahasa Arab dalam Program Ma�had Al-jami�ah
����������� Program ma�had al-jami�ah dapat� dilaksanakan�
dengan� sarana� dan�
prasarana yang� relatif� terbatas.�
Yang� sangat� dibutuhkan�
sesungguhnya� adalah tingkat� komitmen�
dan �kesungguhan� pengelola�
dalam� mewujudkan� sistem demikian. Hal ini tidak� berarti prasarana dan sarana tidak� penting. Keberadaan prasarana� dan sarana apalagi� lengkap dan�
memadai amat menentukan terhadap efektifitas dan efisiensi proses
pembelajaran.
����������� Proses pembelajaran yang ada di
ma�had al-jami�ah berlangsung selama 24 jam termasuk pembelajaran bahasa Arab
yang sangat menekan pengamalan atau praktik berbahasa. Proses pembelajaran
bahasa Arab dalam program ma�had al-jami�ah ini bersadar pada teori krahsen
yaitu Pemerolehan bahasa (language acquisition) dan pembelajaran
bahasa (Language learning). Language acquisition adalah proses
penguasaan bahasa kedua secara alamiah melalui bawah sadar dengan cara
berkomunikasi langsung dengan orang-orang yang menggunakan bahasa tersebut.
Sedangkan language learning adalah proses penguasaan bahasa secara sadar
terutama tentang kaidah-kaidah bahasa dengan cara diajarkan oleh seorang guru
atau belajar secara mandiri. (Ahmad Fuad Efendi, 2000: 221).
Dalam
hal ini program pembelajaran bahasa lebih menekankan pada pemerolehan bahasa
yang mana diharapkan mahasiswa dapat menguasai bahasa Arab secara alamiah
melalui bawah sadar, maka program tersebut lebih berupaya membentuk semacam
suasana dimana para mahasiswa dapat berkomunikasi sesama mereka dengan
menggunakan bahasa Arab secara aktif atau yang lebih dikenal dengan lingkungan
bahasa.
Lingkungan
Bahasa dalam hal pemerolehan
dan pembelajaran bahasa kedua dirumuskan Dulay sebagai segala sesuatu yang
didengar dan dilihat oleh pembelajar tentang bahasa baru yang dipelajari (everything
the language learner hears and sees in the new language). (Heidi Dulay, 1982:13).
Dan
untuk menunjang itu semuanya program ma�had al-jami�ah membuat beberapa
kegiatan diantara yaitu:
1. Muhadharah
Yaitu
latihan berpidato dengan menggunakan bahasa Arab yang dilaksanakan 1 kali dalam
seminggu. Mahasiswa� dibagi dalam
beberapa kelompok yang dibimbing oleh mahasiswa senior yang menjadi musyrif
asrama dan diasuh langsung oleh Dosen Pembimbing. Selain untuk menumbuhkan
sikap percaya diri, melalui muhadharah ini anak didik dapat membiasakan diri
berpidato dengan Bahasa Arab.
2. Al-Insya� Al-Yaumi
�Daily Composition� ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
menulis dengan baik. Setelah mendapat pengarahan-pengarahan yang menyangkut
teknis pelaksanaan kegiatan ini, mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok dan
langsung dibimbing oleh Dosen-dosen pembimbing.
3.� Majalah dinding
Majalah dinding ini diterbitkkan oleh
mahasiswa sendiri sebagai sarana untuk peningkatan Bahasa Arab secara
teratur untuk tiap-tiap asrama, antar klub-klub bahasa setelah dikoreksi oleh
para dosen pembimbing.
4.
Penyebaran kosa kata baru dengan tulisan yang diletakkan di tempat-tempat
strategis.
5.
Mendengarkan ceramah-ceramah dan pengumuman-pengumuman dalam Bahasa Arab, baik
di masjid maupun di asrama.
6. Mendatangkan tamu-tamu �native speaker�.
7. Pelatihan Bahasa Arab di Laboratorium Bahasa
8. Motivasi
demonstratif dengan Bahasa Arab oleh Bapak Kyai (Direktur Asrama) dan
dosen-dosen pembimbing.
9.
Inventarisasi istilah-istilah Bahasa Arab dari seluruh kegiatan mahasiswa, yang
meliputi :
a. Olah raga
b. Kesenian
c. Kantin
d. Kelas
e. Kamar mandi
f. Dapur
g. Kendaraan
10. Pementasan drama dengan Bahasa Arab di setiap asrama
11.
Penerbitan brosur mingguan dalam Bahasa Arab yang dibagikan kepada setiap
mahasiswa.
3. Prinsip Pembelajaran Bahasa Arab
di Program Ma�had Al-jami�ah
Untuk membentuk suasana pembelajaran bahasa Arab yang lebih
komunikatif� maka penataan lingkungan bahasa
dalam program ini dikembangkan pada prinsip-prinsip berikut ini: (Rita, 2010:25)
a.
Prinsip merefleksikan selera Anak
��� Maksudnya
adalah bahwa lingkungan bahasa Arab menarik bagi anak. Maka dalam penyediaan
dan pengemasan lingkungan bahasa tersebut harus dipertimbangkan karakteristik,
perasaan, minat dan dinamika belajar anak atau siswa. Dengan kata lain,
lingkungan bahasa Arab yang diciptakan diselaraskan dengan tahapan-tahapan
perkembangan dan cara-cara khas belajar anak.
b.
Prinsip berorientasi pada optimalisasi
perkembangan dan belajar anak
Prinsip ini mengandung arti bahwa perkembangan
dan hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai, terbaik dan bermakna bagi kehidupan
anak. Lingkungan tersebut mempunyai ciri-ciri berikut ini
a.
Dapat mengembangkan seluruh dimensi
perkembangan anak secara holistic.
b.
Tidak hanya mengarahkan aktivitas belajar
bahasa anak sesaat, tetapi mengarahkan anak menjadi pembelajar sepanjang hayat
c.
Dapat membantu anak belajar bukan hanya
mengingat segala pengalaman belajarnya sesaat, tetapi juga dapat memberikan
lompatan memori yaitu dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.
d.
Dapat mrncipatakan suasana dan aktivitas yang
menyenangkan, nyaman, aman dan lebih alamiah.
e.
Mengarahkan pengorganisasian pesan-pesan
pembelajaran , baik bernuansa kognitif, afektif maupun psikomotorik.
c.
Prinsip berpijak pada efisiensi pembelajaran.
Maksud
dari prinsip ini adalah bahwa kegiatan pembelajaran dilakukan secara produktif
dan tepat guna, baik dilihat dari segi waktu, energy, maupun uapaya yang
dilakukan.
Berdasarkan prinsip-prinsip di atas maka
program ma�had al-jamiah lebih�
memungkinkan� terwujudnya
pembelajaran bahasa Arab dan pendidikan utuh. Benyamin S. Bloon� menyatakan�
bahwa sasaran (objectives)�
pendidikan� meliputi� tiga�
bidang� yakni� kognitif,�
afektif, dan psikomotorik. Pada�
lembaga pendidikan konvensional,�
sering di kecewakan� karena� hanya�
mampu� membentuk� segi�
kognitif, �namun sangat� lemah bahkan�
nihil pada� segi� afektif�
dan� psikomotoriknya.
Melalui sistem berasrama atau�
program ma�had al-jami�ah�
tendensi� ke arah
penguatan� pada� sisi�
kognitif� saja� dapat�
lebih� dihindarkan,� dalam�
arti aspek� afektif� siswa� dapat� lebih�
diarahkan.� Demikian� juga�
aspek psikomotoriknya.
4. Komponen Penunjang Pembelajaran Bahasa Arab
di Program Ma�had Al-jami�ah
Menurut Ansori sistem sekolah berasrama terutama� yang�
lebih� berorientasi� pada penguasaan� bahasa�
asing dalam hal ini bahasa Arab�
paling� tidak� membutuhkan 2 komponen� (perangkat) yaitu perangkat lunak (sofware) dan perangkat keras (Hardware). (Nurhasan, 2006:
114)
1.� Perangkat� Lunak� (softwere).
�Perangkat
lunak� yang� dibutuhkan�
dalam� pelaksanaan Pembelajaran
bahasa Arab di Program Ma�had Al-jami�ah�
antara� lain adalah� komitmen�
dan� kesungguhan� pengelola�
yang� diwujud-nyatakan dalam tata
aturan yang ditegakkan secara konsisten dan aplikasi sanksi yang� juga�
konsisten� sekaligus� tegas. Disamping itu juga menurut Fuad Efendi
bahwa dalam membentuk lingkungan bahasa alamiah yang mendekati lingkungan
bahasa Arab yang sesungguhnya haruslah adanya SDM yang memiliki kompetensi komunikatif �bahasa
Arab baik lisan maupun tulis, mereka menjadi model sekaligus penggerak
aktifitas kebahasa Araban.
Sedangkan
menurut Kiyai Syukri Zarkasyi bahwa untuk memantau seluruh aktivitas yang berlangsung,
khususnya dalam proses pembelajaran Bahasa Arab, maka dibentuklah Team Khusus
yang langsung diarahkan, dibimbing, dan dikontrol oleh Bapak Pimpinan/Bapak
Kyai dan para pembantu beliau. Team tersebut terdiri dari dua jenjang :
Pertama: Terdiri dari para guru yang berfungsi sebagai
motivator sekaligus pengontrol seluruh kegiatan yang berkaitan dengan
peningkatan dan pengembangan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.Team ini dinamai : Language
Advisory Council (al-Hai�ah al-Istisyariyah li-Tarqiyatil-Lughoh).
Kedua: Terdiri dari anak didik/santri senior yang langsung
menangani pengembangan Bahasa Arab dan Inggris di setiap asrama. Team ini
tergabung dalam : Central Language Encouragement (Al-Maktab Al-Markazy li
Tasji�I-l-Lughah).
2. Perangkat� Keras� (hardwere).
Perangkat�
keras� yang� dibutuhkan�
dalam� Program Ma�had Al-jami�ah� adalah adanya�
sarana� yang� sangat�
memungkinkan� diaplikasikan� pengawasan komitmen siswa terhadap aktivitas
siswa yang diarahkan sesuai dengan misi lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Dalam pembelajaran bahasa yang berbasis lingkungan bahasa Fuad Efendi
mengemukan beberapa strategi yang�
merupakan sarana supaya peserta didik (Mahasiswa) mampu berkomunikasi
dalam bahasa Arab secara alamiah diantaranya yaitu:
a.
Lingkungan Bicara
Yaitu memciptakan lingkungan yang
menggunakan bahasa Arab dalam interaksi sehari-hari secara bertahap.
b.
Lingkungan Pandang-baca
Menciptakan lingkungan ini relative lebih
mudah dan apabila dirancang dengan baik, maka dapat memberikan efek yang cukup
kuat bagi pemerolehan bahasa siswa.
c.
Lingkungan Dengar
Menciptakan lingkungan ini bisa dilakukan
dengan menyampaikan pengumuman-pengumuman lisan dalam bahasa Arab.
d.
Lingkungan Pandang-Dengar
Lingkungan ini bisa diciptakan dengan memanfaatkan teknologi informasi,
misalnya menampilakan tayangan telivisi Arab dan sebagainya.
e.
Kelompok Pecinta Bahasa Arab
Pembentukan kelompok-kelompok pecinta
bahasa Arab dengan berbagai aktivitas yang bernuansa Arab.
f.
Penyelenggaraan Pekan Arabi
Membuat suatu kegiatan yang beraneka ragam tapi
semuanya bernuansa bahasanya Arab, contohnya; lomba pidato, lomba kaligrafi dan
lain-lain.
g.
Self Access Centre
����� Penyedian ruang atau semacam
sanggar bahasa Arab, dalam wujud yang paling lengkap, ruang atau sanggar
teresbut dinamai Self Acces Centre (SAC). Sesuai dengan namanya, SAC
adalah pusat untuk mengakses (Ahmad Fuad Efendi, :226).
5. Implikasi Sistem Ma�had al-Jami�ah
dalam Pembinaan Kecakapan Berbahasa Arab.
Ada beberapa hipotesa dalam pembelajaran bahasa pada
umumnya dan pembelajaran bahasa Arab pada khususnya, diantaranya adalah Identity
Hypothesis, (Moh. Matsna, 2010: 21) yaitu suatu anggapan yang menyatakan
bahwa ada kesamaan dalam proses pemerolehan bahasa pertama dan pembelajaran
bahasa asing (kedua). Menurut Rusydi Ahmad Thuaimah kesamaan proses antara
pemerolehan bahasa dan belajar bahasa asing (kedua) disimpulkan dalam hal-hal
berikut:
a.
Pembiasaan
Bahasa
adalah kebiasaan, oleh karena itu penguasaan suatu bahasa harus menjadikan
bahasa sebagai suatu kebiasaan.
b.
Peniruan.
Mendengar
dan meniru adalah proses alamiah dalam pembentukan kebiasaan berbahasa dalam
bahasa apapun.
c.
Pemahamaman.
Dalam
kemampuan untuk berujar dalam bahasa semestinya mendahulukan pemahaman sebelum
mengujarkan.
d.
Urutan keterampilan bahasa
Dalam
keseharian berbahasa bahwa keterampilan menyimak didapatkan terlebih dahulu
daripada keterampilan bahasa yang lain. Keterampilan menyimak, kemudian
berbicara, membaca dan menulis.
e.
Pembelajaran Grammar
Setiap
bahasa tidak lepas dari system yang disepakati oleh pemiliknya, maka grammar
atau tata bahasa harus dikenalkan, namun pengenalan aturan bahasa diterapkan
setelah bahasa tersebut digunakan dalam keseharian. (Rusydi Ahmad Tuaimah,
2008:75-76).
Berdasarkan pola dan perinsip pembelajaran bahasa Arab
di program ma�had al-jami�ah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka disimpulkan
bahwa pembelajaran bahasa Arab di program ma�had al-jami�ah telah menerapkan Identity
hypothesis sehingga para mahasiswa dalam penguasaan bahasa Arab berlangsung
seperti halnya penguasaan bahasa ibu mereka, berlangsung secara alami
Ma�had al-jami�ah dengan mekanisme pembelajarannya
yang tersentralisir� merupakan� wadah�
paling� efektif� dalam�
menanamkan� kemam puan� berbahasa�
Arab� pada� para mahasiswa. Melalui tahapan-tahapan
proses antara pemerolehan bahasa dan belajar bahasa asing (kedua)� yang diajukan oleh thuaimah, dan melalui
interaksi� pembelajaran yang� aktif,�
kreatif,� intensif,� integratif�
yang� dikemas� dalam�
sistem asrama� tersentralisir� dan�
sistem� pengawasan atau� lebih�
tepatnya pembinaan 24jam, Program tersebut akan� menjadi�
sistem� pembelajaran
yang� sangat� signifikan�
untuk� dikembangkan� dalam�
proses� transformasi pendidikan.
6. Keunggulan
dan Kelemahan Program Ma�had Al-jami�ah
Dalam program ma�had al-jami�ah pembelajaran bahasa
Arab lebih bermakna disebabkan para mahasiswa dihadapkan langsung dengan
peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami, sehingga lebih nyata, lebih
faktual, dan kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan. Banyak keuntungan
yang dapat diperoleh dari penggunaan program tersebut sebagai �model alternatif pembelajaran bahasa Arab,
antara lain :
a. Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak
membosankan, sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi
b. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab
siswa dihadapkan langsung dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau
bersifat alami
c. Bahan-bahan yang dapat dipelajari
lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat
d. Kegiatan belajar lebih komprehensif dan
lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati,
bertanya atau wawancara, membuktikan atau mendemonstrasikan, dan menguji
fakta
e. Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab
lingkungan yang dapat dipelajari sangat beraneka ragam
f. Siswa juga lebih dapat memahami dan
menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada dilingkungannya, sehingga dapat
membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan di sekitarnya, serta dapat
memupuk rasa cinta akan lingkungan.
Sedangkan
kelemahan dari penggunaan program ini sebagai �model
alternatif pembelajaran bahasa Arab
antara lain
a.
Keterbatasan dari lingkungann bahasa yang ada
di program ini yang disadari oleh kebanyakan para pembelajar adalah bahwa
pengetahuan bahasa tidak selalu menjamin seseorang untuk mampu menggunakannya
dalam situasi komunikasi yang sebenarnya. Hanya saja sebagian pembelajar merasa
lebih nyaman menggunakan bahasa dalam berkomunikasi ketika mereka mengetahui
dengan sadar aturan-aturan tata bahasa.
b.
Tidak adanya sikap positif kepada bahasa Arab
dan komitmen bersama yang kuat disebagian lembaga pendidikan yang membentuk
program ma�had al-jamiah untuk memajukan pengajaran bahasa Arab dengan
membentuk lingkungan berbahasa dari pihak-pihak terkait yaitu; dosen �bahasa Arab itu sendiri dan pimpinan lembaga.
Untuk menghasilkan siswa mampu berbahasa secara
maksimal proses penggunaanya memerlukan waktu yang relative lama
C. Penutup
Program
ma�had al-jami�ah adalah� sebagai� salah�
model� alternatif� sistem�
pembelajaran� bahasa� Arab,�
yang�� menerapkan� proses�
pembelajaran� yang berlangsung
secara alamiah dibawah sadar para peserta didik (Mahasiswa), berlangsung selama
sehari� penuh� bahkan�
selama� kurang� lebih�
24� jam.� Proses�
pembelajaran dalam� program� ini�
berusaha� mengembangkan� secara�
integral:� jiwa� eksploratif,�
suka� mencari,� bertanya,�
menyelidiki,� merumuskan� pertanyaan, mencari� jawaban,�
peka� menangkap� gejala�
alam� sebagai� bahan�
untuk menghubungkan� diri, dan
juga dalam dalam pemerolehan bahasanya berlangsung seperti seorang anak yang
memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
Memperhatikan
sejumlah keunggulan sistem ma�had al-jami�ah dan keberhasilan salah satu
lembaga perguruan tinggi islam atau beberapa pesantren yang� telah menerapkan� program�
ini, maka dengan� tidak� menutup�
mata� atas� kelemahan�
yang� dimiliki sangat� wajar�
apabila� sistem� ini�
menjadi� model� alternatif�
pembelajaran bahasa Arab di perguruan tinggi islam yang lain di seluruh
indonesia. ***
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Atabik dan A, Zuhri
Muhdlor, Kamus Besar Al-�Ashri, (ebook disusun oleh Asad bin Abdurrahim bin Ayyub).
Bulkisah, Pembelajaran
Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Islam di Indonesia, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA,VOL. XII
NO. 2 Februari 2012.
Azizy, A. Qadri,
Islam dan Permasalahan Sosial: Mencari Jalan Keluar, Yogyakarta:: LKiS,
2000.
Dulay, Heidi,
Marina Burt dan Stephen Krashen, Language Two, New York: Oxford
University Press, 1982.
Efendi, Ahmad
Fuad, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab,Malang: Misykat. 2012.
�
Mariyana, Rita, et.al, Pengelolaan
Lingkungan Belajar, Jakarta,Kencana Prenada Media Group, 2010.
Moh, Matsna,HS, Efektifitas Pengajaran
Bahasa Arab dengan Pendekatan Identity Hyphothesis, ( Paper
dipresentasikan dalam Seminar dan Workshop
Pembelajaran Bahasa Arab dalam Rangka Peningkatan Kompetensi Dosen Pusat Bahasa
dan Budaya di IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 10 Mei 2010)
Norhasan, Fullday
School, Model Alternatif Pembelajaran Bahasa Asing, Jurnal Tadris,
volume� Nomor 1, 2006.
Steembrink, Karel
A., Pesantren, Madrasah dan Sekolah; Pendidikan Islam dalam Kurun Moderen, Jakarta
: LP3ES, 1994.
Taufiqurrochman, leksikologi Bahasa Arab, Malang: UIN Malang
Press, 2010.
Thu�aimah, Rusydi Ahmad,
et.al, Ta�li>mul �Arabiyyah Ligairi An-natiqi>na Biha>, Makkah:
Mamlakah As-su�udiyah, cet-3, 2008.
Zarkasyi, Abdullah Syukri, �Strategi
Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Modern Gontor�, (Paper
dipresentasikan dalam seminar nasional tema � Seminar
Pengembangan Bahasa Asing (Arab/Inggris) di Universitas Cokroaminoto
Yogyakarta, Sabtu, 20 April 2002).