Perkembangan Remaja Berdasarkan Gender
Abstract
Sebagai seorang remaja, individu harus menyelesaikan beberapa hal penting untuk dapat memenuhi tugas perkembangannya dengan baik melalui beberapa tahap perkembangan. Tugas perkembangan yang harus dicapai oleh remaja tersebut sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya. Namun, pada kenyataannya banyak remaja yang mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya. Penelitian ini bertujuan mengetahui tentang tingkat perkembangan remaja berdasarkan gender atau jenis kelamin dengan responden sebanyak 128 remaja yang berusia 14-15 tahun. Responden terdiri dari 64 laki-laki dan 64 perempuan di Kota Durian Lingga, Kabupaten Langkat. Metode yang digunakan pada penelitian ini menganalisis tingkat perkembangan remaja menggunakan metode survey dengan Instrumen Tugas Perkembangan (ITP). Apabila ada hambatan pada tahap perkembangan remaja maka perkembangannya tidak akan optimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perkembangan remaja perempuan lebih cepat dengan persentase sebesar 3,653% dan tingkat perkembangan remaja laki-laki memperoleh persentase sebesar 3,577%.
Downloads
References
Davista, O. A. (2016). Perbedaan body image ditinjau dari tahap perkembangan (remaja dan
dewasa awal) dan jenis kelamin (perempuan dan laki-laki) di kelurahan Banyumanik
kecamatan Banyumanik kota Semarang. Program Studi Psikologi FPSI-UKSW.
Gladding, S. T. (2012). Konseling profesi yang menyeluruh. Jakarta: Indeks, 148.
Komalasari, G., Wahyuni, E., & Psi, M. (2019). Asesmen Teknik Nontes dalam Perspektif BK
Komprehensif.
Noam, G. G., Young, C. H., & Jilnina, J. (2015). Social cognition, psychological symptoms,
and mental health: The model, evidence, and contribution of ego development.
Developmental Psychopathology: Volume One: Theory and Method, 750–794.
Nurhasanah, N., & Farozin, M. (2019). The problems of junior high school students. COUNSEDU: The International Journal of Counseling and Education, 4(3), 129–133.
Octavia, S. A. (2020). Motivasi belajar dalam perkembangan remaja. Deepublish.
Orben, A., Tomova, L., & Blakemore, S.-J. (2020). The effects of social deprivation on
adolescent development and mental health. The Lancet Child & Adolescent Health, 4(8),
634–640.
Östberg, V., Almquist, Y. B., Folkesson, L., Låftman, S. B., Modin, B., & Lindfors, P.
(2015). The complexity of stress in mid-adolescent girls and boys: Findings from the
multiple methods school stress and support study. Child Indicators Research, 8, 403–
423.
Rahman, F. (2012). Manajemen dan Pengembangan Program Bimbingan Konseling.
Yogyakarta: Modul Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru Rayon, 111.
Santrock, J. W. (2014). Adolescent.
Sheaffer, B. L., Sias, S. M., Toriello, P. J., & Cubero, C. G. (2008). Ego development and
preferred social distance from persons with disabilities. Rehabilitation Education, 22(2),
147–157.
Skrove, M., Romundstad, P., & Indredavik, M. S. (2015). Chronic multisite pain in adolescent
girls and boys with emotional and behavioral problems: the Young-HUNT study.
European Child & Adolescent Psychiatry, 24, 503–515.
Sugiyono, D. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan
R&D.
Supriatna, M. (2011). Bimbingan dan konseling berbasis kompetensi. Jakarta: Rajawali Pers.
Sutoyo, A. (2013). Program bk perkembangan untuk membantu meningkatkan kematangan
emosi siswa smp negeri 2 kersana kabupaten brebes. Jurnal Bimbingan Konseling, 2(1).
Syamsu Yusuf, L. N., & Wildani, M. D. (2017). Bimbingan dan Konseling Perkembangan:
Suatu Pendekatan Komprehensif.
Vernon, A. (2009). Counseling children & adolescents.
Wulandari, A. (2014). Karakteristik pertumbuhan perkembangan remaja dan implikasinya
terhadap masalah kesehatan dan keperawatannya. Jurnal Keperawatan Anak, 2(1), 39–
43
